Tehnik-tehnik
pemanjatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan seluruh medan tebing,
antara lain:[5]
• Face
Climbing, Yaitu pemanjatan pada permukaan tebing yang memanfaatkan tonjolan
batu(point) atau rongga yang memadai yang digunakan sebagai pijakan
kaki, pegangan tangan maupun penjaga keseimbangan tubuh.
• Friction
/ Slab Climbing, Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan
sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical,
kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan
terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar
mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal di atas kaki akan
memberikan gaya gesek yang baik, sehingga pemanjatan dapat dilakukan dengan
lebih mudah.
• Fissure
Climbing, Teknik pemanjatan dengan fissure climbing ini lebih
memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan untuk melakukan
panjatan.
Dengan cara demikian, maka beberapa pengembangan dari fissure climbing, dikenal teknik-teknik dengan tehnik sebagai berikut ;
a. Jamming,
teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari
tangan, kaki, ataupun bagian-bagian tangan hingga bahu pemanjat dapat
dimanfaatkan sebagai tehnik untuk memanjat dengan cara memanfaatkan crack/retakan
pada tebing untuk melakukan pemanjatan. Peralatan yang digunakan secara
mayoritas adalah pengaman sisip.
b. Chimneying,
teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar pada tebing(chimney).
Badan masuk di antara celah, dengan punggung menempel dan mendorong di salah
satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah
lagi menempel ke tebing yang berrada dibelakang pemanjat. Kedua tangan
diletakkan menempel pada tebing. Kedua tangan membantu mendorong ke atas
bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
c. Bridging,
teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies).Tehnik
ini menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua permukaan
tebing. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang
juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
d. Lay
back, teknik memanjat pada celah vertical dengan
menggunakan kekuatantangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi
celah tersebut dengan posisi badan membeban ke belakang dan menempel kesisi
tebing, untuk memperkuat pegangan pemanjatnya. kedua kaki berpijak dan
mendorong pada tepi celah yang berlawanan untuk menghasilkan daya angkat.
e. Hand
traverse, Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal).
Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat vertical sudah
tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga
karena seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat mungkin pegangan
tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi
lebih rata.
f. Mantelself,
Teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak
tinggi, namun cukup besar untuk diandalkan sebagai tempat berdiri selanjutnya.
Kedua tangan digunakan untuk menarik berat badan, dibantu dengan pergerakan
kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi
tangan berubah dari menarik menjadi menekan untuk mengangkat berat badan yang
dibantu dengan dorongan kaki.
strategi
sangat diperlukan dalam setiap pemanjatan tebing, selalu sensitif membaca
keadaan, baik terhadap kemampuan diri maupun keadaan medan yang ada, sensitif
dengan keketerbatasan-keterbatasan yang mungkin timbul dan selalu dapat
mengambil keputusan untuk memnfaatkan kemampuan diri maupun alat semaksimal
mungkin, me-manage semua sumber daya sebaik mungkin untuk dapat meraih tujuan
pemanjatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar